DM1.CO.ID, JAKARTA: Rizal Ramli melalui siaran wawancara stasiun TV CNN Indonesia menyebutkan, bahwa kemunculan kasus BLBI berkaitan erat dengan krisis ekonomi 1997-1998.
Ekonom senior ini menggambarkan, bahwa krisis ekonomi yang bergolak di Indonesia kala itu bisa bertambah parah lantaran pemerintah terbius dengan “wajah dan senyum manis” IMF.
Pemerintah merasa percaya diri dengan langkah IMF yang memberi bantuan tersebut dapat segera menyelamatkan situasi ekonomi yang sulit, namun nyatanya keterlibatan IMF justru membuat ekonomi Indonesia semakin anjlok, dari rata-rata 6 persen menjadi hampir minus 13 persen.
Menurut Rizal Ramli yang juga mantan Menko Perekonomian era Presiden Gus Dur itu, IMF memaksa pemerintah menaikkan tingkat bunga dari rata-rata 18 persen menjadi 80 persen. Alhasil, banyak perusahaan yang sehat menjadi bangkrut karena tingkat bunga yang sangat tinggi tersebut.
Persoalan utamanya, kata Rizal, atas saran IMF, private debt diubah jadi public debt.
Sehingga buntutnya menjadi bail out bank paling mahal di dunia hingga 80 Miliar Dolar AS.
Rizal Ramli yang juga pernah menjadi anggota panel bidang ekonomi di badan dunia (PBB) itu, menilai IMF telah menghancurkan ekonomi Indonesia bekerjasama dengan teknokrat komprador, di antaranya melalui:
1. Kenaikan tingkat bunga dari 16% menjadi 80% tahun 1998, yang mendorong kebangkrutan dunia usaha besar-besaran;
2. Kenaikan BBM pada 1 Mai 1998, premium 74% dan minyak tanah 40%. Kenaikan itu memicu demo besar-besaran dan kerusuhan massal di Makasar, Medan, Solo, Surabaya dan Jakarta.
3. Penutupan 16 Bank yang memicu rush (penarikan uang secara besar-besaran) dan kebangkrutan semua bank besar di Indonesia, seperti BCA, Danamon, dll.
4. Anjloknya nilai tukar dari Rp.2.200/Dolar AS menjadi Rp.15.000/Dolar AS.
Rizal yang juga sempat menjabat Menteri Keuangan itu menyebut, bahwa akibat kebijakan IMF yang ugal-ugalan inilah, yang dilaksanakan dengan patuh oleh para menteri ekonomi komprador, membuat hampir semua bank-bank besar di Indonesia nyaris bangkrut, sehingga dengan situasi seperti itu dimunculkanlah bantuan berupa BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia) hingga mencapai 80 Miliar Dolar AS.
Namun, sejumlah pengamat merasa sangat aneh terhadap pemerintahan Jokowi saat ini, yang malah menyerahkan penanganan masalah ekonomi negeri ini kepada para menteri komprador, salah satunya adalah Menteri Keuangan yang sangat jelas-jelas diketahui adalah “orangnya” IMF.
(dbs-ams/DM1)