DM1.CO.ID, JAKARTA: Sebuah ransomware menyerang beberapa rumah sakit di Indonesia. Program jahat bernama WannaCry itu mengunci sistem komputer rumah sakit sehingga data di dalamnya tidak bisa diakses. Akibatnya, layanan medis pun terganggu. Dan tak menutup kemungkinan hal ini juga bisa dialami oleh kantor pelayanan lainnya.
Ransomware sejenis juga tengah menyerang setidaknya 16 rumah sakit di Inggris, dan telah menyebar luas ke 99 negara dalam waktu kurang dari dua hari semenjak Jumat (12/5/2017), termasuk Indonesia. Potensi penyebarannya pun masih ada.
Ransomware ini menyerang perusahaan dari berbagai sektor, mulai dari bank, rumah sakit, hingga telekomunikasi, kereta api, dan kantor pemerintahan lainnya yang berbasis pelayanan publik.
“Ransomware WannaCry melanda dunia hampir untuk semua bisnis. Umumnya yang terkena imbasnya adalah pelayanan kesehatan Inggris Raya, Skotlandia, NHS. Masalah ini belum banyak yang terselesaikan,” kata Menteri Kominfo, Rudiantara di Jakarta, Ahad (14/5/2017).
Ia mengungkap, perangkat yang terkena dampak adalah komputer yang menjalankan Windows 2010 ke bawah dan sebelumnya. Untuk itu, Rudiantara mengimbau kepada masyarakat Indonesia untuk berhati-hati menghidupkan komputer.
“Sebelum menyalakan komputer, pastikan tidak terkoneksi ke internet, dan matikan WiFi sementara. Lalu backup data penting dan copy ke perangkat terpisah atau HDD eksternal. Kalau ada antivirus silakan download, tapi setidaknya data sudah ter-backup,” imbau Rudiantara.
Serangan program jahat (virus komputer) jenis ransomware bernama Wanna Decryptor itu mulai terdeteksi pada tanggal 12 Mei 2017 sore.
WannaCry merupakan ransomware yang dibuat dengan memanfaatkan tool senjata cyber milik dinas intel Amerika Serikat, NSA, yang pada April lalu dicuri dan dibocorkan oleh kelompok hacker Shadow Broker.
Seluruh rumah sakit (RS) yang telah terkena serangan program jahat ini, dii layar komputer mereka tampak notifikasi yang ditampilkan oleh virus Wanna Decryptor. Unit komputer terkunci dan tidak bisa digunakan.
Prompt dan notifikasi (ransom note) tersebut berbahasa Indonesia karena Wanna Decryptor bersifat multi-lingual untuk menyasar korban di berbagai negara. Ada lebih dari 25 bahasa yang bisa ditampilkan oleh Ransomware ini, termasuk Indonesia dan Inggris.
Ransomware Wanna Decryptor di rumah sakit tersebut diduga telah mengunci sistem piranti lunak dan data pasien dengan menggunakan enkripsi.
Apabila pihak rumah sakit ingin menyelamatkan data yang disandera itu, harus membayar tebusan senilai 300 dollar AS (sekitar Rp 4 juta).
Jika uang tebusan telah ditransfer, pembuat virus akan membuka enkripsi atau kunci agar sistem dan data dapat diakses seperti sediakala.
Uang tebusan harus dikirim dalam bentuk Bitcoin ke dompet digital sang pembuat program jahat.
Bitcoin adalah mata uang digital alias cryptocurrency yang transaksinya tidak bisa dilacak sehingga populer digunakan oleh kalangan dunia hitam, termasuk pelaku serangan cyber dan pembuat ransomware.
Di Inggris, dokter-dokter di setidaknya 16 rumah sakit dibuat kerepotan lantaran dibuat tidak bisa mengakses rekam medis pasien karena ulah ransomware ini.
Untuk mencegah infeksi, sejumlah ahli menyarankan pengguna untuk segera melakukan update untuk komputer berbasis Windows. Khusus untuk Windows XP, disarankan untuk upgrade Windows ke versi yang lebih baru karena OS lawas ini sudah tidak mendapat patch sekuriti dari Microsoft.
Saat ini pihak Kementerian Kominfo tengah membentuk tim yang terdiri dari beberapa engineer, pegiat internet, dan LSM. Kemudian, Kemkominfo akan melakukan koordinasi secepatnya dan berkonsultasi.
Untuk membantu masyarakat yang terkena serangan, Kementerian Komunikasi Dan Informatika (Kemkominfo) menyediakan layanan telepon. Nomor telepon yang bisa dihubungi adalah 021 31925551 atau 021 31935556. Atau juga bisa menghubungi nomor ponsel 0815 6179 328.
(dbs/DM1)