Oleh: Abdul Muis Syam
SETIAP tanggal 20 Mei, kita selalu diingatkan dengan Hari kebangkitan Nasional, yang menurut sejarah diawali pada 20 Mei 1908. Dan itu berarti, negeri ini telah melewati dan mengalami momen spirit sebanyak 109 kali.
Namun saat ini, adakah kita sudah benar-benar bangkit dan berdiri, lalu berlari sekencang-kencangnya mengejar dan meraih cita-cita menjadi bangsa dan negara yang besar dan hebat di mata dunia? Maaf, Jawabnya: “masih nihil”. Sebab, sejumlah sosok pembawa panji kebangkitan lebih banyak terjatuh dan dijatuhkan oleh negaranya sendiri.
Sehingganya, kondisi bangsa kita saat ini sepertinya makin terkapar lemas tak berdaya dihimpit tumpukan masalah yang berserakan di negeri ini. Bahkan, gontok-gontokan serta saling sikut dan sikat yang kini terjadi satu sama lain makin terasa meruncing ke bentuk perpecahan. Sementara dalam situasi tersebut, negara tampaknya belum juga bisa hadir membawa solusi yang menyejukkan. Bahkan negara terkesan membela pihak-pihak tertentu. Akibatnya, kekacauan pun makin menjadi-jadi.
Dalam kondisi seperti itu, negara sebaiknya berhenti mencari-cari alasan dan dalih pembenaran dengan mengambing-hitamkan, atau menjatuhkan suatu kelompok untuk menguntungkan diri sendiri atau kelompok lainnya. Sebab, itu hanya akan lebih berpotensi dan memicu kekacauan yang lebih parah. Yakni, “kelumpuhan total”.
Negara (pemerintah) saat ini harusnya segara mengintrospeksi, mengoreksi dan membenah diri. Pemerintah harus sadar, bahwa masalah serta kekacauan yang terjadi saat ini, adalah lantaran telah kabur dan lunturnya lukisan arah (cita-cita) yang dipamerkan pemerintah ini sejak awal. Dan bukankah pemerintah sendiri pula yang telah membuat arah langkah itu menjadi kabur?
Upaya terbaik yang harus ditempuh oleh pemerintah setelah introspeksi diri adalah, yakni dengan segera membuktikan bahwa Nawa-cita bukanlah “nawa-cina” atau nawa-cerita, dan bukan pula duka-cita buat rakyat. Melainkan Nawa-cita yang benar-benar bermuatan cinta dan kedamaian, untuk kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pembawa Panji Kebangkitan itu Bernama Rizal Ramli
Negara ini sebetulnya sempat mendapat kesempatan yang sangat besar untuk benar-benar berjalan sesuai arah Trisakti yang dilukiskan dalam Nawacita.
Bahkan, kesempatan tersebut di mata hampir seluruh rakyat memandang sebagai langkah keseriusan pemerintah dalam upaya mewujudkan Indonesia Hebat.
Kesempatan yang dimaksud, yakni di saat Presiden Jokowi memasukkan Rizal Ramli ke dalam Kabinet sebagai Menteri Koordinator (Menko) Kemaritiman dan Sumber Daya.
Dari file VISI_MISI_Jokowi-JK yang di-upload KPU terdapat deskripsi Sembilan Agenda Prioritas, atau yang dikenal dengan sebutan Nawacita. Dalam Nawacita, terdapat 4 kali kata penyebutan “maritim”, yakni 3 kali pada poin 1 dan sekali penyebutan pada poin 6. Berikut garis besar Nawacita tersebut:
1. Kami akan menghadirkan kembali Negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara;
2. Kami akan membuat Pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola Pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya;
3. Kami akan membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat Daerah-daerah dan Desa dalam kerangka Negara Kesatuan;
4. Kami akan menolak Negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya;
5. Kami akan meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan dengan program “Indonesia Pintar” dengan wajib belajar 12 tahun bebas pungutan;
6. Kami akan meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya;
7. Kami akan mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik;
8. Kami akan melakukan revolusi karakter bangsa, melalui kebijakan penataan kembali kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan kewarganegaraan (civic education), yang menempatkan secara proporsional aspek pendidikan, seperti: pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotism dan cinta tanah air, semangat bela negara dan budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia;
9. Kami akan memperteguh Ke-Bhinneka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia melalui kebijakan memperkuat pendidikan kebhinnekaan dan menciptakan ruang-ruang dialog antar warga;
Bertolak dari Nawacita itulah, Rizal Ramli yang memang dikenal sejak dulu sebagai sosok pendobrak yang senantiasa mengedepankan kepentingan rakyat itupun langsung mengeluarkan 2 jurus. Yakni, jurus “Rajawali Ngepret dan Rajawali Bangkit”.
Jika benar-benar ingin menjalankan Nawacita dan mewujudkan Trisakti, maka jurus seperti itulah sesungguhnya yang sangat dibutuhkan. Bukan jurus yang biasa-biasa, atau bukan pula jurus yang lazim secara konvensional diterapkan oleh rezim-rezim sebelumnya.
Dan berikut ini adalah jurus “Rajawali Ngepret dan Rajawali Bangkit” yang pernah dilakoni Rizal Ramli selama 11 bulan di dalam Kabinet Kerja:
1. Rizal Ramli memperingatkan Garuda Indonesia agar lebih fokus serta memperkuat jalur penerbangan domestik dan regional, daripada harus membuang-buang uang negara (dari hasil utang) hanya untuk membeli 30 unit pesawat Airbus A 350 XWB (hanya cocok penerbangan internasional).
2. Rizal Ramli mengevaluasi kebijakan listrik 35.000 MW karena dianggap terlalu ambisius dan tidak rasional, membuat JK jadi murka.
3. Rizal Ramli berhasil menghentikan rencana Menteri ESDM yang akan memberikan perpanjangan kontrak karya Freeport sebelum waktunya. Sesuai dengan UU Minerba No. 4 Tahun 2009, perpanjangan kontrak hanya dapat dilakukan 2 tahun sebelum kontrak Freeport habis pada 2021.
4. Rizal Ramli mengepret dan mendesak secara tegas PT. Freeport Indonesia (PT. FI) agar menjalankan bisnis pertambangan di Papua secara fair. Ini kemudian tak disangka tiba-iba memunculkan “perang antar-geng, papa minta saham”.
5. Rizal Ramli berhasil menurunkan Dwelling Time Pelabuhan Tanjung Priok sesuai target awal Presiden Jokowi. Bahkan dalam kesempatan Jokowi berkunjung kembali ke pelabuhan ini pada 13 September 2016, diakui bahwa Dwelling Time sudah 3,2 hari.
6. Rizal Ramli berhasil mendorong pemberian Jaminan Sosial kepada nelayan (BPJS kesehatan dan BPJS ketenaga-kerjaan).
7. Rizal Ramli berhasil mengeluarkan kebijakan Bebas Visa kunjungan bagi 169 negara guna meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara dari 10 juta menjadi 20 juta pada 2019, kecuali wisatawan dari negara-negara pengekspor narkoba dan pendukung gerakan radikal.
8. Mendorong peningkatan kualitas tenaga kerja Indonesia menjadi tenaga profesional Indonesia sebagai solusi atas problem ketenaga-kerjaan yang disampaikan oleh Menaker Hanif Dhakiri. Dorongan dan gagasan Rizal Ramli ini kemudian menjadi agenda pembahasan dalam Rapat Kabinet Terbatas di Istana Negara, 13 September 2016.
9. Memoles DKI Jakarta untuk dikemas menjadi 5 jenis destinasi wisata meliputi Business Tourism, Maritim Tourism, Culinary Tourism, Health Tourism, serta Art and Culture Tourism. Pengembangan wisata maritim akan difokuskan di wilayah Kepulauan Seribu.
10. Kebijakan pembentukan Badan otoritas Pariwisata untuk capai target pendapatan sebesar US$ 20 Miliar dari sektor Pariwisata.
11. Pengembangan destinasi Wisata Danau Toba dengan memperpanjang Bandara Sibisa, pembangunan resort turis, Pembangunan Tol Medan-Parapat, hingga penambahan wilayah wisata Danau Toba sebesar 500 Hektar sebagai eco-tourism.
12. Menghapus CAIT (Clearance Approval for Indonesian Territory) yang terlalu administratif, diganti dengan IT based untuk men-detect masalah-masalah keamanan. Kini, melalui sistem online, izin masuk cruise kurang dari 5 hari dan yacht kurang dari 24 jam.
13. Revaluasi aset di Paket Ekonomi ke-V. Meskipun baru sebagian BUMN yang melakukan revaluasi, namun total aset BUMN dapat bertambah Rp.800-an Triliun dan memasukkan penerimaa pajak Rp.20-an Triliun.
14. Mendorong pembangunan Industri Perikanan Nasional sebagai tindak-lanjut atas kebijakan pemberantasan Illegal-Fishing.
15. Pembenahan industri garam nasional dari sistem kuota menjadi sistem tarif guna membuka peluang persaingan usaha yang lebih kompetitif di antara para importir garam. Penerapan sistem tarif ini dilakukan agar ada dukungan yang menguntungkan bagi pemerintah pada umumnya, juga petani garam lokal pada khususnya.
16. Rizal Ramli berhasil memperjuangkan aspirasi rakyat Indonesia, khususnya rakyat Maluku yang menghendaki Kilang Gas Blok Masela dengan menggunakan metode kilang darat (onshore) sebagai sarana penggerak ekonomi Indonesia Timur.
17. Paket Ekonomi ke-VIII di sektor Penerbangan, pada bagian ketiga menyebutkan bahwa Bea Masuk Nol % bagi spare-parts untuk industri penerbangan mendapat apresiasi dari PT.Dirgantara Indonesia.
18. Pasca Presiden Jokowi melakukan kunjungan ke Natuna pada Juni 2016, Rizal Ramli menindak-lanjuti dengan mengeluarkan kebijakan 4 Pilar pengembangan Natuna, yakni: 1). Pengembangan sektor perikanan dengan memindahkan sekitar 400 kapal tradisional dari wilayah Pantura ke Natuna agar kapasitas tangkap nelayan Natuna bertambah, serta membangun pasar ikan berskala internasional; 2). Pengembangan pariwisata di Natuna; 3). Pengembangan industri migas dan pendukungnya, sebab cadangan migas di Natuna cukup besar; 4). Peningkatan pertahanan kawasan Natuna. Pemerintah akan mengerahkan TNI untuk menambah kapasitas segi pertahanan.
19. Indonesia bersama Malaysia membentuk Council of Palm Oil Producing Countries (CPO-PC) atau Dewan Negara-negara Produsen Minyak Kelapa Sawit guna meningkatkan kesejahteraan para petani sawit kecil bagi kedua negara tersebut.
20. Pengembangan 10 Destinasi Wisata Prioritas untuk meningkatkan pertumbuhan dan lapangan kerja dari 3 juta menjadi 7 juta di tahun 2019. Fokus 10 tujuan wisata ini dimaksudkan agar ada capaian terukur dan dapat menjadi percontohan di daerah lain untuk tahun berikutnya.
21. Secara sangat tegas berpihak kepada kepentingan negara dan rakyat menolak dan menghentikan Reklamasi Pulau G di Teluk Jakarta, meski jabatan yang harus jadi taruhannya.
Namun, ketika jurus “Rajawali Ngepret dan Rajawali Bangkit” ini sedang dilakukan oleh Rizal Ramli, sejumlah pihak pun mendadak “kejang-kejang” dan mulai terganggu serta merasa tidak nyaman. Sehingga Rizal Ramli pun dituding sebagai sumber kegaduhan. Sampai akhirnya, Rizal Ramli Sang pembawa panji kebangkitan itu pun berhasil “dicungkil” keluar dari kabinet.
Tentu saja Rizal Ramli ikhlas menerima hal tersebut, sebab ia terpental dari kabinet bukan karena perbuatan tercela seperti korupsi, menindas rakyat, atau melakukan kongkalikong proyek untuk kepentingan diri sendiri. Melainkan mampu mencetak sejumlah legacy yang diyakini bisa sangat bermanfaat untuk kepentingan bangsa dan negara ini.
Sampai itu, Rizal Ramli bahkan merasa bangga karena mampu memperlihatkan karakter anak bangsa yang berintegritas tinggi, dengan tetap konsisten menyuarakan dan memperjuangkan kepentingan rakyat baik saat di luar maupun di dalam pemerintahan.
Dan alhasil, seiring dengan waktu berjalan, semua yang dikepret Rizal Ramli saat dulu berada di dalam pemerintahan Jokowi ternyata kini sebagian besar terbukti. Di antaranya, Garuda Indonesia benar-benar mengalami kerugian besar, megaproyek listrik 35 ribu MW belakangan akhirnya diakui pemerintah tak bisa dicapai, juga jumlah kunjungan wisatawan terus mengalami peningkatan.
Begitu pun mengenai reklamasi Teluk Jakarta, Rizal Ramli sebetulnya jauh-jauh hari sudah memperingatkan Ahok agar tidak terlalu ngotot untuk melanjutkan reklamasi tersebut. Sebab, menurut Rizal Ramli, jika reklamasi itu tetap dipaksakan berjalan, maka Ahok akan terjerohok (terperosok) ke dalam masalah yang lebih dalam. Dan saat ini, peringatan Rizal Ramli itupun akhirnya terbukti.
Mungkin, politisi yang doyan berburu harta dan kekuasaan di panggung kebesaran negara akan selalu memandang sebelah mata jurus Rizal Ramli. Tetapi bagi rakyat yang telah lama hidup dalam ketidakpastian, tentulah sangat merindukan jurus-jurus seperti yang dilakukan oleh Rizal Ramli tersebut.
Sejauh ini, Rizal Ramli sebetulnya telah banyak memberikan pelajaran berharga buat kita semua. Sebab Rizal Ramli sesungguhnya bukan sosok instan yang baru kemarin “memperagakan” gerakan kebangkitan.
Sejak dulu, saat sebagai bocah yang meski tak didampingi oleh kedua orangtuanya lagi, Rizal Ramli sudah mampu dan berhasil bangkit dari keterpurukan sebagai yatim-piatu: “ala bisa karena biasa”.
Dan andai saja kita mau belajar dari jurus “Rajawali Ngepret dan Rajawali Bangkit” dari Rizal Ramli, maka negeri ini tak perlu berantakan dan sekacau seperti saat ini.
Pun jika saja negara tidak mengabaikan jurus “Rajawali Ngepret dan Rajawali Bangkit” dari Rizal Ramli tersebut, maka hari ini tentulah kita sudah menikmati hakikat dari Hari Kebangkitan Nasional tahun ini.
Belum terlambat, “Selamat Hari Kebangkitan Nasional. Ayo bangkit bersama tokoh-tokoh tulen kebangkitan yang ada saat ini secara semesta, maka Indonesia pasti jadi benar-benar HEBAT…!!!”
—–
(Penulis adalah Pengamat independen, dan aktivis MKRI)