DM1.CO.ID, JAKARTA: Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS), ternyata turut memberi dampak buruk terhadap sejumlah bahan pokok impor yang ada di Indonesia.
Sebut saja, bahan baku kacang kedelai yang biasa diolah menjadi tempe dan tahu. Diakui para pedagang, harga kacang kedelai mengalami perubahan.
Jika sebelumnya per kilogram harga kacang kedelai hanya Rp.6.500, maka saat Dolar naik harga kacang kedelai pun ikut naik menjadi Rp. 7.550.
Perubahan harga yang cukup drastis itu, tentu saja meresahkan beberapa pedagang tempe dan tahu. Pasalnya, mereka kuatir dengan menguatnya Dolar akan menjadi faktor penghambat produksi tempe dan tahu.
Karena bahan baku yang digunakan masih impor dan bergantung pada nilai tukar Dolar, sehingga otomatis beban permodalan untuk produksi tempe dan tahu, bisa ikut meningkat.
Dilansir Republika, pada Kamis (6/9/2018), Becky seorang pedagang tempe dan tahu di Pasar Tebet Barat, Jakarta Selatan mengaku, untuk harga jual tempe maupun tahu masih belum mengalami perubahan.
“Harga masih sama, belum berubah. Tetapi mungkin, ukuran dari tempe dan tahu ini akan lebih diperkecil,” ujar pedagang berusia 30 tahun tersebut.
Sependapat dengan Becky, pedagang lainnya di pasar yang sama bernama Jaya (32) mengatakan, memperkecil ukuran tempe dan tahu adalah solusi paling jitu untuk menjaga stabilitas harga jual makanan tersebut dari keluhan konsumen.
Namun Jaya juga tak dapat memungkiri, jika harga bahan baku kacang kedelai terus naik, maka akan berimbas juga pada kenaikan harga jual di tingkat konsumen.
“Mau tidak mau, harga akan naik sekitar seribu rupiah, baik untuk tempe maupun tahu,” tutup Jaya. (dbs/dm1)