Golkar Boalemo Bertekad Pertahankan Kursi di DPRD

Bagikan dengan:
Wartawan: Kisman Abubakar~
Editor: AMS|

DM1.CO.ID, BOALEMO: Dalam Pemilihan Anggota Legislatif (Pileg) pada ajang Pemilu 2019 mendatang, Partai Golkar akan bertekad dan berupaya mempertahankan kursi yang sudah ada di DPRD Boalemo, sekaligus untuk menduduki posisi Ketua DPRD Kabupaten Boalemo.

Hal tersebut dikemukakan Ketua DPD II Partai Golkar Kabupaten Boalemo, Lahmudin Hambali, dalam Konferensi Pers di Sekretariat DPD II Partai Golkar Boalemo, di Desa Lamu Kecamatan Tilamuta, Senin (16/7/2018).

Ia menyebutkan, Partai Golkar dinyatakan lolos pada pendaftaran peserta Pileg 2019, setelah memenuhi syarat yang di tetapkan oleh KPU.

Pada Konferensi Pers tersebut Lahmudin secara khusus mengumumkan kejelasan status seorang kader Golkar, Rensi Makuta, yang kini masih menjabat sebagai Anggota DPRD Kabupaten Boalemo.

Ia membeberkan, bahwa Rensi Makuta sudah menyerahkan pengunduran diri sebagai kader Golkar. “Sehingga kami dari DPD II Golkar Boalemo tidak lagi rekomendasikan (Rensi Makuta) sebagai Bacaleg (Bakal Calon Legislatif) Golkar,” ujar Lahmudin.

Mantan Wakil Bupati Boalemo itu menegaskan, dengan pengunduran diri Rensi Makuta dari pengurus dan keanggotaan Partai Golkar di Kabupaten Boalemo, maka DPD II Golkar berhak untuk menarik keanggotaannya sebagai Anggota Legislatif (Aleg) DPRD Kabupaten Boalemo.

“Ibu Rensi Makuta sudah keluar dari Golkar, dan saat ini terinformasi sudah bergabung dengan salah satu partai politik. Dan kami tidak bisa menahannya. Karena ini adalah pilihan dari yang bersangkutan Rensi Mmakuta),” tutur Lahmudin.

Ia memastikan, pihaknya akan segera melakukan proses Pergantian Antar Waktu (PAW) terkait keanggotaan Rensi Makuta sebagai Aleg di DPRD Boalemo. “Besok (Rabu, 18/7/2018) kita akan menyurat mengenai PAW tersebut,“ tegas Lahmudin. (kab/dm1)

Bagikan dengan:

Muis Syam

2,075 views

Next Post

Perubahan hanya Terjadi Jika Rizal Ramli Jadi Presiden

Sel Jul 17 , 2018
DM1.CO.ID, JAKARTA: Menurut salah seorang mantan menteri era Presiden Soeharto, Fahmi Idris, setelah dua dekade berlalu, Reformasi tidak menghasilkan perubahan mendasar yang membawa Indonesia ke arah yang lebih baik.