SMK PGRI Gorontalo, Sekolah yang Ditelantarkan

Bagikan dengan:

DM1.CO.ID GORONTALO: Detak waktu baru saja beranjak ke angka sembilan. Masih terbilang pagi, memang. Tetapi, jari-jari matahari terasa telah berdansa di ubun-ubun bersama deru dan debu. Hanya kacamata hitam yang mampu membuat pandangan terasa sedikit sejuk.

Namun, kacamata hitam ternyata tak mampu mengelabui pandangan ini yang tiba-tiba menangkap tulisan yang terpajang di pinggir jalan dengan tanda arah panah: “SMK PGRI, 30 Meter”, di Jalan KH. Adam Zakaria, Kelurahan Dembe Jaya, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo.

Sejumlah pertanyaan di benak pun mulai bermunculan bersama rasa penasaran, seperti apa gerangan SMK yang diberi nama PGRI itu? apakah sekolahnya sebesar nama organisasi PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia)?  Jika sekolah ini besar, mengapa hanya terletak di jalan sempit? Dan masih banyak lagi pertanyaan yang hanya bisa terjawab dengan satu cara, yakni bertabayun ke pihak sekolah tersebut.

Di pagi menjelang siang itu, kedatangan Awak DM1 pun disambut senyum lebar dan dengan penuh kesejukan oleh sejumlah pengajar SMK PGRI, seolah-olah mereka berkata, “Selamat datang di sekolah kami, selamat datang di dunia lain yang suasana pendidikannnya sangat jauh berbeda dengan apa yang dibesar-besarkan oleh pemerintah.”

Pertanyaan-pertanyaan di benak awak DM1 pun mulai terjawab satu persatu ketika pihak sekolah, Zulfikar Ladiku selaku Wakil Kepala Sekolah sekaligus bertindak sebagai Plh Kepala Sekolah, bersama dua guru lainnya, Ronal Badu dan Muhajirin, mengajak berkeliling menunjukkan seluruh kondisi yang ada di sekolah tersebut.

Alhasil, kondisi SMK PGRI sungguh sangat memprihatinkan dan amat menyedihkan. Gedung dan lingkungan sekolah ini secara keseluruhan, atau sekitar 99 persen boleh dikata sudah tak layak lagi disebut sekolah, apalagi diberi nama “PGRI”. Mulai dari kondisi bangunannya hingga kepada sarana, dan fasilitas penunjang lainnya sungguh sangat memprihatinkan, serta sungguh benar-benar ditelantarkan.

Letak SMK PGRI ini persis bersebelahan dengan Sekolah TK KH. Dewantara. Kondisi bangunan TK ini masih lebih baik dan rapi dibanding SMK PGRI yang tembok, atap, dan plafonnya sudah nampak rapuh dan bocor-bocor.

Kondisi plafon SMK PGRI Kota Gorontalo
Kondisi plafon SMK PGRI Kota Gorontalo
Kondisi SMK PGRI Kota Gorontalo
Kondisi SMK PGRI Kota Gorontalo
Kondisi ruang kelas SMK PGRI Kota Gorontalo
Kondisi ruang kelas SMK PGRI Kota Gorontalo
Satu-satunya ruangan yang masih terawat, yakni ruang staf guru SMK PGRI Kota Gorontalo
Satu-satunya ruangan yang masih terawat, yakni ruang staf guru SMK PGRI Kota Gorontalo
Dari kanan ke kiri: Zulfikar Ladiku selaku Plh. Kepsek (Kemeja ungu); Guru Ronal Badu (kemeja batik); awak DM1 (jilbab); dan Guru Muhajirin (pakai topi)
Dari kanan ke kiri: Zulfikar Ladiku selaku Plh. Kepsek (Kemeja ungu); Guru Ronal Badu (kemeja batik); awak DM1 (jilbab); dan Guru Muhajirin (pakai topi)

“Sudah kurang lebih delapan tahun sekolah ini berdiri tidak ada perubahan sama sekali. Dan kami sangat membutuhkan perhatian dari pemerintah untuk sekolah kami khususnya pengadaan bangunan. Sebab, status bangunan kami ini hanya berstatus pinjam pakai,” ungkap Zulfikar didampingi dua guru di sekolah tersebut, Ronal Badu dan Muhajirin, kepada awak DM1, di SMK PGRI, Jumat (13/1/2017).

Disebutkannya, SMK PGRI saat ini memiliki siswa 59 orang yang tersebar di tiga kelas.  Yakni, kelas 10 terdapat 24 siswa, kelas 11 sebanyak 16 siswa, dan di kelas 12 diisi 19 siswa. Sementara jumlah pengajar di sekolah ini adalah 12 tenaga guru.

SMK PGRI ini, kata Zulfikar, dinaungi oleh sebuah yayasan pendidikan. “Namun hingga saat ini sudah hampir memasuki tahun ke sembilan sekolah ini, yayasan belum memberikan bangunan dan kemajuan untuk sekolah ini. Sehingga sampai detik tak satu pun perubahan signifikan yang terjadi di sekolah ini,” kata Zulfikar kecewa.

Bahkan Zufikar mengaku cemas dengan adanya isu yang berhembus tentang rencana penutupan SMK PGRI ini. “Saya mendengar isu, bahwa sekolah ini akan ditutup,” lontar Zulfikar mengaku sangat menyayangkan jika hal itu terjadi.

Sebab, menurut Zulfikar, sekolah ini sudah menelorkan alumni atau lulusan sebanyak  8 generasi. Dan setiap generasi, beberapa di antaranya telah berhasil mengabdi di berbagai instansi pemerintah maupun swasta. Misalnya, sebagai tenaga medis, kepolisian,  hingga di perkantoran pemerintahan serta juga swasta, dan lain sebagainya.

Untuk itu, Zulfikar setiap saat menaruh harapan besar kepada semua pihak, khususnya kepada pemerintah agar hendaknya SMK PGRI juga dapat diberi sentuhan-sentuhan berupa bantuan yang bisa digunakan untuk menambal kekurangan yang ada di sekolah ini.

“Sekolah kami ini sudah mendapat pik yang kami sandang, yakni ‘Sekolah Laskar Pelangi’. Karena, satu-satunya sekolah yang bertempat di Kota Gorontalo yang bangunannya kumuh atau yang biasa orang bilang ‘kandang ayam’ kalau dilihat dari bangunnya. Tetapi, alhamdulillah tenaga pengajar kami semua profesional, sebab kami selalu mengedepankan kualitas pengajarannya kepada anak didik,” jelas Zulfikar.

Ditambahkannya, bahwa meski kondisinya sangat memprihatinkan, namun eksistensi SMK PGRI ini tetap bertahan dan terus berusaha untuk senantiasa berkiprah di dunia pendidikan guna membantu pemerintah dalam menciptakan generasi handal.

(Rhony-Firda/DM1)
Bagikan dengan:

Muis Syam

3,937 views

Next Post

Presidential Threshold, Perampok pun Bisa Jadi Presiden

Sab Jan 14 , 2017
  SAAT ini, DPR-RI sedang menggodok draft Rancangan Undang-undang (RUU) Pemilu. Dan dalam pembahasannya, ada usulan agar ambang batas pengajuan presiden (Presidential Threshold) NOL persen. Dan jika usulan itu disetujui, maka sungguh sangat bermanfaat bagi kemajuan demokrasi di negeri ini. Sebab, seluruh partai politik peserta Pemilu dapat mengajukan pasangan calon […]