DM1.CO.ID, BOLMUT: Vahuta adalah salah satu desa di Kecamatan Bintauna, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut), Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).
Memiliki luas wilayah 5,30 Kilometer persegi, Desa Vahuta saat ini dihuni penduduk 637 jiwa dari 195 Kepala Keluarga. “Mayoritas warga di sini sekitar 95 persen adalah sebagai petani,” ujar Kepala Desa (Kades/Sangadi) Vahuta, Zulkifli R. Datunsolang, kepada wartawan DM1, Kamis (26/9/2019).
Zulkifli menyebutkan, dari 95 persen yang bergerak di bidang pertanian tersebut, hampir semuanya adalah petani sawah.
Namun Zulkifli saat ini mengaku mengeluhkan dengan sejumlah kendala yang dihadapi oleh para petani di desa ini.
Saat ini, ungkap Zulkifli, hasil panen sawah sangat menurun karena beberapa masalah. Di antaranya, bukan hanya soal musim kemarau dan kekeringan yang membuat saluran irigasi jadi tidak lancar, namun sawah di desa ini juga kerap diserang oleh hama wereng.
Zulkifli pun berharap agar masalah-masalah tersebut bisa lebih mendapat perhatian dan antisipasi, terutama dari pihak pemerintah daerah, dalam hal ini adalah dinas pertanian.
Ditanyai seputar dana desa, Zulkifli menyebutkan bahwa Vahuta adalah salah satu desa yang mendapat paling minim alokasi dana desa, yakni sekitar Rp.700-an Juta.
Meski dana desa yang jumlahnya terbilang sedikit itu, namun Zulkifli mengaku harus pandai-pandai memunculkan program kerja yang rasional dan prioritas untuk dilaksanakan sebagai kebutuhan masyarakat.
Program prioritas yang dimaksud Zulkifli meliputi 4 bagian. Yakni, pengadaan jamban keluarga, pembuatan drainase, pemberdayaan masyarakat, dan pemberian bantuan ternak sapi. Namun program kerja lain tidak dikesampingkan.
Jamban keluarga dan pembuatan drainase, menurut Zulkifli, sangat dibutuhkan. Sebab, ini juga menyangkut masalah sanitasi lingkung dan kesehatan.
Dikatakannya, masalah sanitasi lingkungan dan masalah genangan air yang tiap kali terjadi ketika musim penghujan, adalah hal yang sama sekali tidak bisa dipandang sepele.
Sehingga itu, lanjut Zulkifli, sangat dibutuhkan pengadaan jamban agar warga tidak lagi membuang “kotorannya” di sembarangan tempat, yang hanya menimbulkan penyakit.
Begitu pula, kata Zulkifli, pembuatan drainase diharapkan adalah untuk mencegah timbulnya jentik-jentik nyamuk di genangan air.
Hal menarik lainnya yang dipaparkan Zulkifli adalah terkait keinginannya yang ingin menyulap Vahuta sebagai desa pertanian menjadi desa peternak sapi.
Selama bergulirnya dana desa, Zulkifli mengaku tak lupa menganggarkan alokasi pengadaan bantuan sapi induk kepada warga.
“Saat ini kami fokus pada pengadaan ternak sapi induk. Dan sudah tiga tahun berturut-turut selalu pengadaan ternak sapi bekerjasama dengan dinas peternakan. Untuk tahun 2019 ini pada tahapan ketiga pencairan dana desa juga dilakukan pengadaan ternak sapi,” tutur Zulkifli.
Zulkifli mengurai, pada tahap pertama pencairan dana desa tahun ini terdapat 20 ekor sapi, tahap kedua 25 ekor, dan tahap ketiga direncanakan akan kembali diadakan pemberian 29 ekor sapi induk.
Zulkifli mengungkapkan, perkembang-biakan sapi dari pengadaan bantuan tersebut cukup mengalami kemajuan signifikan. “Untuk 20 ekor itu berkembang rata-rata sudah beranak separuh dari jumlah bantuan,” ungkap Zulkifli.
Untuk pemeliharaannya, menurut Zulkifli, awalnya warga melakukan secara konvensional dengan melepas sapi di lapangan atau di hamparan rumput. Namun hal ini dianggap Zulkifli adalah cara yang keliru.
Olehnya itu, Zulkifli memberikan pembinaan kepada warga agar tidak melepas sapinya secara leluasa, melainkan dengan menyediakan kandang lalu diberi pakan. “Mind-set warga harus diubah, tidak bisa membiasakan sapi dilepas begitu saja, tetapi kitalah yang harus mencari pakan untuk sapi. Karena kotoran sapi juga bisa dijadikan pupuk jadi harus tetap di kandang,” jelasnya.
Zulkifli yang juga mengaku sebagai salah seorang peternak ini, tentu saja patut memberikan pandangan dan teknik memelihara sapi dengan baik, agar manfaatnya bisa benar-benar dirasakan.
Zulkifli mengungkapkan, mereka yang diberikan pengadaan bantuan ternak sapi rata-rata adalah warga usia produktif, yakni yang masih muda agar dapat dimanfaatkan untuk membiayai ekonomi rumah tangganya.
Meski begitu, Zulkifli mengaku senantiasa melakukan pengawasan terhadap program pemberian bantuan ternak sapi tersebut. “Ini program jangka panjang, sehingga setiap saat saya awasi terus. Karena dikhawatirkan dapat melakukan hal-hal yang tidak diharapkan,” ujar Zulkifli, seraya menambahkan bahwa sebelumpenyerahan sapi terlebih dahulu dilakukan penanda-tanganan serah-terima dengan dibubuhi materai 6000.
Zulkifli optimis, apabila warga bisa fokus mengembangkan peternakan sapi disamping bidang pertanian, maka ekonomi warga Vahuta dapat terangkat dan mengalami kemajuan.
Namun Zulkifli mengingatkan, agar warga tidak menggantungkan diri bantuan dari pemerintah. “Sebab sebesar apapun bantuan uang atau barang yang dikucurkan pemerintah uang kepada kita, itu percuma jika tidak mampu mengubah mindset,” jelas Zulkifli.
Terdapat sejumah program kerja lainnya yang juga sudah dilakukan Zulkifli selaku kepala desa di periode pertamanya ini. Di antaranya, membangun Posyandu, sarana olahraga, dan menyukseskan program stunting melalui pemberian makanan tambahan kepada yang membutuhkan (balita, ibu hamil, dan lansia).
Zulkifli pun berpesan kepada masyarakat Desa Vahuta, bahwa pada musim kemarau ini hendaknya sama-sama mewaspdai dan tidak melakukan pembakaran hutan dan lahan. Sebab, kebakaran hutan dan lahan akan mendatangkan kerusakan dan akibat yang tidak kecil.
Terkait peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Provinsi Sulut yang ke-55, Zulkifli berharap agar seluruh masyarakat dapat senantiasa menjaga tali silaturahim dan toleransi antar-umat beragama. “Meski kita berbeda, tapi tetap satu. Pembangunan harus kita isi dengan kegiatan yang lebih baik lagi,” tutup Zulkifli. (mul-din/dm1)
Wartawan: Mulkan dan Syarifudin | Editor: AMS DM1.CO.ID, BOLMUT: Bintauna adalah satu-satunya kelurahan yang ada di Kecamatan Bintauna, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut), Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).