DM1CO.ID, JAKARTA: Pada Juni 2017 mendatang, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) akan melakukan tanda tangan kontrak pinjaman dana dengan Bank Dunia sebesar 200 Juta Dolar AS, atau sekitar Rp.2,6 Triliun. Nilai utang tersebut akan dialokasikan untuk pengembangan tiga destinasi pariwisata, yakni Danau Toba, Borobudur, dan Mandalika.
“Bank Dunia tetap komitmen untuk memberikan pinjaman sebesar 200 juta dolar AS,” ungkap Menteri Pariwisata, Arief Yahya, usai rapat koordinasi pariwisata di Kantor Wakil Presiden, Jumat (3/3/2017).
Arief menyebutkan, pemerintah telah mempersiapkan dana APBN sekitar Rp.30 Triliun untuk mengembangkan 10 destinasi pariwisata selama lima tahun ke depan, atau sampai 2019.
Kesepuluh destinasi pariwisata yang dimaksud adalah menjadi prioritas, yakni Tanjung Kelayang, Danau Toba, Kepulauan Seribu, Tanjung Lesung, Borobudur, Bromo, Mandalika, Wakatobi, Pulau Morotai, dan Labuan Bajo.
Menurut Arief, pinjaman dari Bank Dunia belum cukup untuk memenuhi kebutuhan pengembangan pariwisata di Indonesia. Sebab, secara keseluruhan pemerintah membutuhkan dana sekitar Rp.200 Triliun untuk 10 destinasi tersebut.
“Jadi kita masih punya banyak kebutuha dana. Caranya bagaimana? Sedapat mungkin untuk privatisasi menawarkan ke BUMN dan swasta lainnya untuk ikut masuk membangun infrastruktur,” tutur Arief.
Khusus ketiga destinasi wisata itu, menurut Arief, sudah dievaluasi dan semuanya sesuai jalur dari segi aksesnya yang telah disiapkan oleh Kementerian Perhubungan dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, dan juga hotel maupun resort.
Terkait dengan infrastruktur, menurut Arief, solusi yang paling tepat yakni membangun bandara. Arief mencontohkan, Bandara Silangit yang terdapat di Siborong-borong Tapanuli, Sumatera Utara pada tahun ini akan menjadi bandara internasional sehingga bisa mempercepat dan mempermudah akses wisatawan. Apalagi, sebagian besar wisatawan asing datang dengan menggunakan moda transportasi udara.