Ini Penyebab Turunnya Daya Beli Masyarakat dan Solusinya Menurut Rizal Ramli

Bagikan dengan:

DM1.CO.ID, JAKARTA: Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pada Januari-Maret 2017 konsumsi rumah tangga berada di angka 4,94 persen. Kemudian angka konsumsi rumah tangga hanya tumbuh tipis 4,95 persen pada periode April-Juni 2017.

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga ini kembali mengalami penurunan pada Juli hingga September, yakni hanya mampu mencapai 4,93 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni sebesar 5,01 persen.

Padahal, konsumsi rumah tangga merupakan penyumbang terbesar bagi pertumbuhan ekonomi. Sayangnya, sumbangan konsumsi rumah tangga ini terjadi penurunan, yakni kuartal I 2017 mencapai 2,72 persen, dan kuartal II hanya 2,65 persen.

Ini kemudian membuat pertumbuhan ekonomi kuartal II 2017 mengalami stagnan di angka 5,01 persen, seperti halnya yang terjadi di kuartal I 2017.

Menanggapi hal tersebut, Ekonom Senior sekaligus Mantan Menteri Koordinator Perekonomian, Rizal Ramli menunjuk, bahwa penyebab terjadinya pelemahan daya beli masyarakat lantaran pemerintah menempuh kebijakan ekonomi super konservatif.

“Kalau kebijakan ekonomi super konservatif, otomatis pertumbuhan ekonomi akan turun, daya beli akan anjlok,” ungkap Rizal Ramli di Jakarta, Rabu (15/11/2017).

Rizal menjelasakan, kebijakan perekomonian di Indonesia yang super konservatif tersebut tercermin dari upaya-upaya pengetatan kebijakan moneter dan fiskal di Indonesia, seperti pengetatan anggaran.

Alih-alih melakukan pengetatan kebijakan makro ekonomi, Rizal mengimbau, seharusnya pemerintah memberi kelonggaran. “Jadi kalau mau meningkatkan daya beli, ubah kebijakan makro ekonominya yang terkait pengetatan itu,” saran Rizal.

Bukan hanya itu, mantan Menko Kemaritiman itu juga mengungkapkan, penyebab lain yang menjadi dalang melemahnya daya beli masyarakat, khususnya di kalangan masyarakat menengah ke bawah, yaitu sistem impor pangan dengan kuota.

Rizal pun mengungkap, iklim import pangan di Indonesia saat ini bersifat hanya menguntungkan para konglomerat atau taipan yang memegang peranan dominan pada sektor tersebut.

Anggota panel ekonomi Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) inipun kembali menyarankan kepada pemerintah, untuk sebaiknya menerapkan sistem impor pangan dengan mengenakan kenaikan tarif. Dan hanya dengan langkah tersebut, Rizal Ramli yakin, daya beli masyarakat akan kembali terpompa. (dbs/dm1)

Bagikan dengan:

Muis Syam

2,033 views

Next Post

LSP: Ini Resep Tim Ekonomi Gus Dur Membuat Pertumbuhan Ekonomi Tinggi, Utang Berkurang dan Gini Ratio Rendah

Sab Nov 18 , 2017
DM1.CO.ID, JAKARTA: Seorang peneliti Lingkar Studi Perjuangan (LSP), Gede Sandra dalam artikelnya menuliskan, bahwa di balik segala kontroversi politiknya, dinaikkan hingga dimakzulkan parlemen, ternyata perekonomian di era Gus Dur bekerja sangat istimewa.